Skip to main content

Analisis Peristiwa Tutur dan Tindak Tutur di dalam Kelas

a.     



        Contoh análisis tindak tutur dan análisis SPEAKING Dell Hymes      

        


                                                    Data Percakapan 


1.     Di Kelas 

Guru                :Tulis pengalaman menarik yang pernah kamu alami.

                          Bagi yang selesai dalam waktu 5 menit diberi nilai 8! (1)

Siswa              : Pengalaman apa bu? (2)

Guru               : Pertanyaan yang bagus, pengalaman apa saja. Seperti  pengalaman yang menyenangkan atau menyedihkan. (3)

2.     Di kelas.

Guru                : Ruangan ini gelap sekali. (4)

3.     Tempat          : Di kelas.

Guru               : Jangan mengobrol apabila ada temannya yang sedang mengemukakan pendapat. (5)

4.  Tempat Di kelas.

Siswa              : Bu, bagaimana kalo ada siswa yang gak ngerjain tugas? (6)

Guru                : Tidak akan mendapatkan nilai. (7)

5.     Tempat          : Di kelas

Siswa              : Bolehkah saya izin ke toilet, Pak? (8)

Guru                : Ya silahkan, saya hanya memberi waktu 3 menit. (9)

6.     Tempat          : Di kelas

Guru                : Andi, jangan telat lagi ya besok. (10)

Andi                : Iya bu. Saya tidak akan telat lagi. (11)

b.     Analisis Data

1.     Tempat      : Di kelas. 

Guru           : Tulis pengalaman menarik yang pernah kamu alami, bagi yang selesai dalam waktu 5 menit diberi nilai 8. (1)

Siswa        : Pengalaman apa bu? (2)

Guru        :Pertanyaan yang bagus, pengalaman apa saja. Seperti pengalaman yang menyenangkan atau menyedihkan. (3)

Dari data 1 maka komponen dari peristiwa tutur dapat dianalisis  sebagai berikut:

Participant        : Guru dan siswa

Ends                      : (Guru)  Meminta siswa mengerjakan latihan yang diberikan dengan waktu yang ditentukan. (1)

Act sequences    : Tuturan antara guru dan siswa sama-sama berkaitan. Selain itu dalam tuturan terdapat lokusi, ilokusi dan  perlokusi.

Key                    : Pada tuturan tersebut guru terlihat serius meminta siswa mengerjakan latihan. Karena tidak terdapat kata yang menunjukan hal lain (1). Sedangkan tuturan siswa yang bertanya cara mengerjakan latihan menunjukan rasa ingin tahu dan bersemangat untuk mengerjakan latihan dan mendapatkan nilai 8 (2).

Instrumentalities : Bahasa yang digunakan oleh participant adalah lisan (1) – (3).

Norms                 : Guru dan siswa tidak melanggar norma.

Genres                : Percakapan biasa antara guru dan siswa di kelas.

          

Hasil analisis tindak tutur dari percakapan 1 adalah:

Jenis kalimat pada tuturan (1) adalah imperatif karena terdapat kalimat yang meminta agar pendengar memberi tanggapan berupa tindakan. Namun dalam isi tuturan (1) terdapat kalimat performatif. 

Kategori performatif yang terdapat dalam tuturan adalah verdiktif “tulis pengalaman menarik yang pernah kamu alami, bagi yang selesai dalam waktu 5 menit diberi nilai 8 “ dikatakan verdiktif karena berisi kalimat keputusan dan juga komisif yaitu memberikan janji pada siswa yang mengerjakan dalam waktu 5 menit mendapat nilai 8. Pada tuturan (3) jenis kalimatnya adalah behatitif karena guru memberikan apresiasi bahwa pertanyaan dari muridnya sangat bagus. Jenis kalimat performatif ekspositif tedapat pada tuturan (3) bahwa guru menjelaskan bagaimana mengerjakan latihan yang diberikan.

Selain itu dapat juga dianalisis tiga jenis kalimat performatif dalam tuturan percakapan 1 sebagai berikut:

a)    Lokusi, yaitu guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan. (1)

b)    Ilokusi, yaitu guru memberikan janji bahwa siswa yang mengerjakan dalam waktu yang  ditentukan akan mendapat nilai 8 dan . (1)

c)    Perlokusi, yaitu siswa mengerjakan latihan dengan semangat untuk mendapatkan nilai 8.  

 

 

2.     Tempat                : Di kelas.

Guru                    : Ruangan ini gelap sekali. (4)

Dari data 2 maka komponen dari peristiwa tutur dapat dianalisis  sebagai berikut:

Participant          : Guru dan siswa. Namun siswa hanya menjadi pendengar. 

Ends                     : Menyatakan bahwa ruangan gelap. (4) 

Act sequences      : Kata-kata yang digunakan berupa pernyataan.

Key                      : Tuturan diujarkan dengan singkat. (4)

Instrumentalities : Bahasa yang digunakan oleh participant adalah lisan (4) 

Norms                  : Cara mengungkapkan biasa saja tanpa ada norma yang dilanggar dan mempertimbangkan etika tutur.

Genres                : Jenis tuturan berupa pernyataan biasa yang menunjukan perasaan yang dirasakan petutur (4)

Hasil analisis tindak tutur dari percakapan 2 adalah:

Pada tuturan (4) kalimat ini memungkinkan memiliki dua jenis kalimat yaitu deklaratif dan imperatif. Dikatakan deklaratif apabila penutur hanya memberitahukan bahwa ruangannya gelap. Namun jenis deklaratif dapat diuraikan lagi menjadi performatif secara implisit (yang memberitahukan bahwa ruangannya gelap dan mengharapkan adanya tindakan agar ruangan menjadi terang). 

Selain itu pada kalimat performatif. bahwa performatif dapat dirumuskan menjadi tiga peristiwa berikut: menjadi lokusi, ilokusi dan perlokusi. Pada tuturan (4) tindak tutur perlokusinya adalah karena adanya tuturan (4) maka diharapkan siswa atau seseorang dapat merespon tuturan tersebut, tentu saja dengan tindakan. 

 

 

3.     Tempat    : Di kelas.

Guru       : Jangan mengobrol apabila ada temannya yang sedang mengemukakan pendapat. (5)

 

Dari data 3 maka komponen dari peristiwa tutur dapat dianalisis  sebagai berikut:

Participant          : Guru dan siswa. Namun siswa hanya menjadi pendengar.          

Ends                      : Jangan mengobrol apabila ada yang sedang berbicara. (5) 

Act sequences    : Kata-kata yang digunakan berupa pernyataan dan peringatan.

Key                        : tuturan diujarkan dengan singkat. (5)

Instrumentalities         : Bahasa yang dipakai oleh participant adalah lisan (5) 

Norms                  : Cara mengungkapkan biasa saja tanpa ada norma yang dilanggar dan mempertimbangkan etika tutur.

Genres                : Pernyataan yang berisi peringatan (5)

Hasil analisis tindak tutur dari percakapan 3 adalah:

Pada tuturan (5) jenis kalimat yang digunakan penutur adalah imperatif. Dikatakan imperatif karena penutur menginginkan siswa tidak lagi mengobrol ketika ada yang sedang mengemukakan pendapat. Selain itu terdapat jenis kalimat performatif eksersitif yaitu guru memperingati siswa untuk tidak mengobrol (5).

 

 

4.   Tempat    :  Di kelas.

Siswa       : Bu, bagaimana kalo ada siswa yang gak ngerjain tugas? (6)

Guru        : Tidak akan mendapatkan nilai. (7)

Dari data 4 maka komponen dari peristiwa tutur dapat dianalisis  sebagai berikut:

Participant          : Guru dan siswa. Siswa menggunakan gaya bahasa tidak formal (6) tetapi guru merespon pertanyaan dengan gaya bahasa yang formal (7)

Ends                      : Siswa ingin mengetahui sanksi yang didapat apabila tidak mengumpulkan tugas (6). 

Act sequences    : Kata-kata yang digunakan bercampur karena adanya gaya bahasa baku (7) dan tidak baku (6).

Key                        : Siswa bertutur dengan serius (6) karena ingin mengetahui sesuatu dari guru nya. Guru menjawab dengan singkat dan tegas (7)

Instrumentalities         : Bahasa yang dipakai oleh participant adalah lisan (5) 

Norms                  : Adanya etika tutur yang kurang sesuai (6) karena seharusnya di kelas menggunakan ragam bahasa formal. 

Genres                : Jenis tuturan biasa yang sering dilakukan di kelas.

Hasil analisis tindak tutur dari percakapan 4 adalah:

Pada tuturan (6) jenis kalimatnya adalah: interogatif karena meminta jawaban atas pertanyaan yang diujarkan. Namun pada tuturan (7) jenis kalimatnya adalah deklaratif-performatif dan imperatif. Dikatakan performatif (implisit) karena penutur (7) ingin siswa mengerjakan tugas yang telah diberikan dan (eksersitif) karena guru memperingati untuk tidak melakukannya. 

 

 

 

5.     Tempat    : Di kelas

Siswa       : Bolehkah saya izin ke toilet, Pak? (8)

Guru        : Ya silahkan, saya hanya memberi waktu 3 menit. (9)

 

Dari data 5 maka komponen dari peristiwa tutur dapat dianalisis  sebagai berikut:

Participant          : Guru dan siswa. 

Ends                      : Siswa ingin meminta izin untuk keluar kelas. (8) 

Act sequences    : Kata-kata yang digunakan sesuai dengan situasi.

Key                        : Siswa bertutur dengan serius (8).

Instrumentalities         : Bahasa yang dipakai oleh participant adalah lisan. 

Norms                  :Tidak ada norma yang dilanggar dan sesuai dengan etika tutur. 

Genres                : Jenis tuturan biasa yang sering dilakukan di kelas.

Hasil analisis tindak tutur dari percakapan 5 adalah:

Jenis kalimat pada tuturan (8) adalah kalimat interogatif karena siswa meminta jawaban dari guru untuk memberikan izin.  Kemudian jawaban dari guru (9) merupakan jenis kalimat komisif karena terdapat perjanjian bahwa dapat keluar ruangan hanya dalam waktu 3 menit.

 

 

 

6.     Tempat    : Di kelas

Guru        : Andi, jangan terlambat lagi ya besok. (10)

Andi         : Iya bu. Saya tidak akan telat lagi. (11)

Dari data 6 maka komponen dari peristiwa tutur dapat dianalisis  sebagai berikut:

Participant          : Guru dan siswa (Andi). 

Ends                      : Memperingati Andi untuk datang tepat waktu. 

Act sequences    : Kata-kata yang digunakan sesuai dengan situasi.  

Key                        : Guru bertutur dengan serius (10)

Instrumentalities         : Bahasa yang dipakai oleh participant adalah lisan.             

Norms                  :Tidak ada norma yang dilanggar dan sesuai dengan etika tutur. 

Genres                : Jenis tuturan adalah peringatan.

Hasil analisis tindak tutur dari percakapan 6 adalah:

Jenis kalimat pada tuturan (10) adalah imperatif karena guru meminta agar Andi tidak lagi datang terlambat (tindakan). Pada tuturan (11) jenis kalimatnya adalah performatif-komisif karena Andi berjanji tidak akan telambat lagi. 

 

 

 

 


 

 

 

 

 

Comments

Popular posts from this blog

MANTRA BUGIS MAKASSAR

MANTRA/  DOANGANG  ( doaG ) ANDI SAHTIANI JAHRIR Mantra sebenarnya lebih sesuai digolongkan ke dalam bentuk puisi bebas, yang tidak terlalu terikat pada aspek baris, rima dan jumlah kata dalam setiap baris. Dari segi bahasa, mantra biasanya menggunakan bahasa khusus yang sukar dipahami. Adakalanya, dukun atau pawang sendiri tidak memahami arti sebenarnya mantra yang hanya memahami kapan mantra tersebut dibaca dan apa tujuannya. Dari segi penggunaan, mantra sangat eksklusif, tidak boleh dituturkan sembarangan, karena bacaannya dianggap keramat dan tabu. Mantra biasanya diciptakan oleh seorang dukun atau pawang, kemudian diwariskan kepada anak keturunan, murid ataupun orang yang ia anggap akan menggantikan fungsinya sebagai dukun. Kemunculan dan penggunaan mantra ini dalam masyarakat Melayu, berkaitan dengan pola hidup mereka yang tradisional dan sangat dekat dengan alam.  Oleh sebab itu, semakin modern pola hidup masyarakat Melayu dan semakin jauh mereka dari alam, maka man

PAPPASENG TO UGI

PAPPASENG  BUGIS ( ppes) Pappaseng  berasal dari kata dasar paseng yang berarti  pesan  yang harus dipegang sebagai amanat, berisi nasehat, dan merupakan wasiat yang perlu diketahui dan diindahkan. Pappaseng dalam bahasa Bugis mempunyai makna yang sama dengan  wasiat  dalam bahasa Indonesia.  Pappaseng  dapat pula diartikan  pangaja’  yang bermakna nasihatyang berisi ajakan moral yang patut dituruti.  Dalam tulisan punagi (1983:1) dinyatakan bahwa pappaseng adalah wasiat orang tua kepada anak cucunya (orang banyak) yang harus selalu diingat sehingga amanatnya perlu dipatuhi dan dilaksanakan atas rasa tanggung jawab. Mattalitti (1980:5) juga mengemukakan bahwa  pappaseng  bermakna petunjuk-petunjuk dan nasihat dari nenek moyang orang bugis zaman dahulu untuk anak cucunya agar menjalani hidup dengan baik. Jadi,  pappaseng  adalah wasiat orang-orang tua dahulu kepada anak cucunya (generasi berikutnya) yang berisi petunjuk, nasihat, dan amanat yang harus dipatuhi dan dilaksanaka

MAKALAH LANDASAN PSIKOLOGI DALAM PENDIDIKAN

BAB   I PENDAHULUAN Latar Belakang Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dengan pendidikan  manusia dapat memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya. Banyak pendidik yang memaksakan kehendaknya kepada peserta didik untuk melakukan hal yang mereka inginkan sedangkan peserta didik sendiri tidak membutuhkanya, maka  setiap guru dituntut untuk memahami teori psikologi pendidikan  agar  potensi yang ada pada peserta didik dapat dikembangkan berdasarkan tahap perkembangannya.  Banyak para ahli yang memaparkan tentang perkembangan  peserta didik diantaranya Piaget, Carl R. Rogers, Kohnstam.  Pendidikan selalu melibatkan kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologi merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Sementara itu, keberhasilan pendidik dalam melaksanakan berbagai peranannya akan dipengaruhi oleh tentang  pemahamannya dalam pendidikan perkembangan peserta didik. Oleh karena itu agar sukses dalam mendidik, perlu memahami