2000 SM–1500 SM
Nabi Ismail adalah
anak dari Nabi Ibrahim, yang kemudian mempunyai anak yaitu Nabi Ishak a.s. yang
kemudian juga mempunyai keturunan bernama Nabi Yaqub (Israel) yang memiliki
anak sebanyak tujuh, salah satunya adalah nabi Yusuf a.s., ia dibuang oleh
saudaranya ke Mesir dan menjadi bendahara Mesir. Nabi Yaqub beserta
anak-anaknya pun berimigrasi ke Mesir, sehingga populasi keturunan Israel pun
semakin besar di Mesir.
1550 SM–1200 SM
Di Mesir, orang
Israel tidak disenangi karena dianggap lebih pintar dari bangsa Mesir bahkan
menguasai perekonomian, sehingga Firaun menurunkan status mereka menjadi budak.
1200 SM–1100 SM
Nabi Musa a.s. pun menjanjikan tanah
kepada mereka, asalkan mereka taat kepada Allah Swt. Saat diperintahkan
memasuki tanah Palestina, mereka berkata: “Hai, Musa, kami sekali-kali tidak
akan memasukinya selama-lamanya, selagi ada orang yang gagah perkasa di
dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu (Tuhanmu), dan berperanglah
kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.” (QS 5:24),
akibatnya sampai sekarang mereka dikutuk oleh Allah Swt dan hanya
berputar-putar saja di sekitar Palestina. Agama yang dibawa Nabi Musa a.s.
disebut Yahudi–sampai pada akhirnya dikatakan sebagai bangsa Yahudi/Israel.
1000 SM – 922 SM
Nabi Daud a.s. (anak Nabi Musa a.s.)
mengalahkan Goliath dan Palestina pun berhasil direbut dan Daud dijadikan
sebagai raja. Wilayah kerajaannya membentang dari tepi sungai Nil hingga sungai
Efrat di Iraq. Sekarang ini Yahudi tetap memimpikan kembali kebesaran Israel
Raya seperti yang dipimpin Raja Daud. Kepemimpinannya diteruskan oleh anaknya
yaitu Nabi Sulaiman a.s. dan Masjidil Aqsa pun dibangun.
922 SM – 800 SM
Nabi Sulaiman a.s. meninggal dunia, perang
saudara pun terjadi, hingga kerajaan itu terbagi dua, yakni bagian utara
bernama Israel (ibu kotanya Samaria) dan bagian selatan bernama Yehuda (ibu kota
bernama Yerusalem).
800 SM–600 SM
kerajaan Asyiria menyerang yang
mengakibatkan kerajaan Israel hancur.
600 SM–500 SM
sedangkan Kerajaan Yehuda dihancurkan
oleh Nebukadnezar dari Babilonia,
sehingga mereka di penjara di Babilonia.
(Kitab Injil ke-2 23:27)
500 SM–400 SM
Cyrus Persia meruntuhkan Babylonia dan
akhirnya rakyat Israel kembali ke Yerusalem.
330 SM–322 SM
Saat Israel dipimpin oleh Alexander Agung
dari Yunani. Israel pun menjadikan bahasa Yunani sebagai bahasa resmi Israel.
Bahkan, Injil ditulis menggunakan bahasa Yunani, bukan Tabrani.
300 SM–190 SM
Saat Yunani diruntuhkan oleh Romawi, maka
Palestina pun dikuasai oleh imperium Romawi.
1–100 M
Nabi Isa a.s. lahir, kemudian menjadi
pemimpin gerakan melawan penguasa Romawi. Ajaran agama Kristen pun ditolak oleh
Romawi dan Yahudi. Namun, setelah Isa tiada, bangsa Yahudi memberontak terhadap
Romawi.
100 – 300 M
saat Yahudi kembali berontak, Palestina
menjadi area bebas Yahudi. Mereka berhasil dibuang keluar Palestina dan
terbagi-bagi ke segala penjuru Romawi. Namun, tetap ada sejumlah kecil pemeluk
Yahudi yang tetap bertahan di Palestina. Masa ini pula Islam masuk dan dipakainya
bahasa Arab sebagai alat berkomunikasi saat itu, mereka lambat laun
terarabisasi atau bahkan banyak memeluk agama Islam.
313
M
Pusat kerajaan Romawi dipindah ke
Konstantinopel dan agama Kristen dijadikan agama negara.
500 – 600 M
Nabi Muhammad saw lahir di tahun 571 M.
Bangsa Yahudi merembes ke semenanjung Arabia (di antaranya di Khaibar dan
sekitar Madinah), kemudian berimigrasi dalam jumlah besar ke daerah tersebut
ketika terjadi perang antara Romawi dengan Persia.
621 M
Nabi Muhammad saw melakukan perjalanan rohani
Isra dari masjidil Haram di Makkah ke masjidil Aqsa di Palestina dilanjutkan
perjalana Mi’raj ke Sidrathul Muntaha (langit lapis ke-7). Rasulullah
menetapkan Yerusalem sebagai kota suci ke-3 ummat Islam, dimana sholat di
masjidil Aqsa dinilai 500 kali dibanding sholat di masjid lain selain masjidil
Haram di Makkah dan masjid Nabawi di Madinah. Masjidil Aqsa juga menjadi kiblat
umat Islam sebelum dipindah arahnya ke Ka’bah di masjidil Haram, Makkah.
622
Hijrah Nabi Muhammad Saw ke Madinah dan
pendirian negara Islam – yang selanjutnya disebut khilafah. Nabi mengadakan
perjanjian dengan bangsa Yahudi yang menjadi penduduk Madinah dan sekitarnya,
yang dikenal dengan “Piagam Madinah”.
626
Pengkhianatan Yahudi dalam perang Ahzab
(perang parit) dan berarti melanggar Perjanjian Madinah. Sesuai dengan aturan
di dalam kitab Taurat mereka sendiri, mereka harus menerima hukuman dibunuh
atau diusir.
638
Di bawah pemerintahan Khalifah Umar Ibnu
Khattab ra. Seluruh Palestina dimerdekakan dari penjajah Romawi. Seterusnya
seluruh penduduk Palestina, Muslim maupun Non Muslim, hidup aman di bawah
pemerintahan khilafah. Kebebasan beragama dijamin sepenuhnya.
700 – 1000
Wilayah Islam meluas dari Asia Tengah,
Afrika hingga Spanyol. Di dalamnya, bangsa Yahudi mendapat peluang ekonomi dan
intelektual yang sama. Ada beberapa ilmuwan terkenal di dunia Islam yang
sesungguhnya adalah orang Yahudi.
1076
Yerusalem dikepung oleh tentara salib dari
Eropa. Karena pengkhianatan kaum munafik (sekte Drusiah yang mengaku Islam
tetapi ajarannya sesat), pada tahun 1099 M tentara salib berhasil menguasai
Yerusalem dan mengangkat seorang raja Kristen. Penjajahan ini berlangsung
hingga 1187 M sampai Salahuddin Al-Ayyubi membebaskannya dan setelah itu ummat
Islam yang terlena sufisme yang sesat bisa dibangkitkan kembali.
1453
Setelah melalui proses reunifikasi dan
revitalisasi wilayah-wilayah khilafah yang tercerai berai setelah hancurnya
Baghdad oleh tentara Mongol (1258 M), khilafah Utsmaniah dibawah Muhammad Fatih
menaklukan Konstatinopel, dan mewujudkan nubuwwah Rasulullah.
1492
Andalusia sepenuhnya jatuh ke tangan
Kristen Spanyol (reconquista). Karena cemas suatu saat umat Islam bisa bangkit
lagi, maka terjadi pembunuhan, pengusiran dan pengkristenan massal. Hal ini
tidak cuma diarahkan pada Muslim namun juga pada Yahudi. Mereka lari ke wilayah
khilafah Utsmaniyah, diantaranya ke Bosnia. Pada 1992 Raja Juan Carlos dari
Spanyol secara resmi meminta maaf kepada pemerintah Israel atas holocaust
(pemusnahan etnis) 500 tahun sebelumnya. (Tapi tidak permintaan maaf kepada
umat Islam).
1500 – 1700
Kebangkitan pemikiran di Eropa, munculnya
sekularisme (pemisahan agama / gereja dengan negara), nasionalisme dan
kapitalisme. Mulainya kemajuan teknologi moderen di Eropa. Abad penjelajahan
samudera dimulai. Mereka mencari jalur perdagangan alternatif ke India dan
Cina, tanpa melalui daerah-daerah Islam. Tapi akhirnya mereka didorong oleh
semangat kolonialisme dan imperialisme, yakni Gold, Glory dan Gospel. Gold
berarti mencari kekayaan di tanah jajahan, Glory artinya mencari kemasyuran di
atas bangsa lain dan Gospel (Injil) artinya menyebarkan agama Kristen ke
penjuru dunia.
1529
Tentara khilafah berusaha menghentikan
arus kolonialisme/imperialisme serta membalas reconquista langsung ke jantung
Eropa dengan mengepung Wina, namun gagal. Tahun 1683 M kepungan diulang, dan
gagal lagi. Kegagalan ini terutama karena tentara Islam terlalu yakin pada
jumlah dan perlengkapannya.
“… yaitu ketika kamu menjadi congkak
karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat
kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu
lari ke belakang dan bercerai-berai.” (QS 9:25).
1798
Napoleon berpendapat bahwa bangsa Yahudi
bisa diperalat bagi tujuan-tujuan Perancis di Timur Tengah. Wilayah itu secara
resmi masih di bawah Khilafah.
1831
Untuk mendukung strategi “devide et
impera” Perancis mendukung gerakan nasionalisme Arab, yakni Muhammad Ali di
Mesir dan Pasya Basyir di Libanon. Khilafah mulai lemah dirongrong oleh
semangat nasionalisme yang menular begitu cepat di tanah Arab.
1835
Sekelompok Yahudi membeli tanah di
Palestina, dan lalu mendirikan sekolah Yahudi pertama di sana. Sponsornya
adalah milyuder Yahudi di Inggris, Sir Moshe Monteveury, anggota Free Masonry.
Ini adalah pertama kalinya sekolah berkurikulum asing di wilayah Khilafah.
1838
Inggris membuka konsulat di Yerusalem yang
merupakan perwakilan Eropa pertama di Palestina.
1849
Kampanye mendorong imigrasi orang Yahudi
ke Palestina. Pada masa itu jumlah Yahudi di Palestina baru sekitar 12.000
orang. Pada tahun 1948 jumlahnya menjadi 716.700 dan pada tahun 1964 sudah
hampir 3 juta orang.
1882
Imigrasi besar-besaran orang Yahudi ke
Palestina yang berselubung agama, simpati dan kemanusiaan bagi penderitaan
Yahudi di Eropa saat itu.
1891
Para penduduk Palestina mengirim petisi ke
Khalifah, menuntut dilarangnya imigrasi besar-besaran ras Yahudi ke Palestina.
Sayang saat itu khilafah sudah “sakit-sakitan” (dijuluki “the sick man at
Bosporus). Dekadensi pemikiran meluas, walau Sultan Abdul Hamid sempat membuat
terobosan dengan memodernisir infrastruktur, termasuk memasang jalur kereta api
dari Damaskus ke Madinah via Palestina! Sayang, sebelum selesai, Sultan Abdul
Hamid dipecat oleh Syaikhul Islam (Hakim Agung) yang telah dipegaruhi oleh
Inggris. Perang Dunia I meletus, dan jalur kereta tersebut dihancurkan.
1897
Theodore Herzl menggelar kongres Zionis
sedunia di Basel Swiss. Peserta Kongres I Zionis mengeluarkan resolusi, bahwa
umat Yahudi tidaklah sekedar umat
beragama, namun adalah bangsa dengan tekad bulat untuk hidup secara berbangsa
dan bernegara. Dalam resolusi itu, kaum zionis menuntut tanah air bagi umat
Yahudi – walaupun secara rahasia – pada “tanah yang bersejarah bagi mereka”. Sebelumnya
Inggris hampir menjanjikan tanah protektorat Uganda atau di Amerika Latin ! Di
kongres itu, Herzl menyebut, Zionisme adalah jawaban bagi “diskriminasi dan
penindasan” atas umat Yahudi yang telah berlangsung ratusan tahun. Pergerakan
ini mengenang kembali bahwa nasib umat Yahudi hanya bisa diselesaikan di tangan
umat Yahudi sendiri. Di depan kongres, Herzl berkata, “Dalam 50 tahun akan ada
negara Yahudi !” Apa yang direncanakan Herzl menjadi kenyataan pada tahun 1948.
1916
Perjanjian rahasia Sykes – Picot oleh
sekutu (Inggris, Perancis, Rusia) dibuat saat meletusnya Perang Dunia (PD) I,
untuk mencengkeram wilayah-wilayah Arab dan Khalifah Utsmaniyah dan
membagi-bagi di antara mereka. PD I berakhir dengan kemenangan sekutu, Inggris
mendapat kontrol atas Palestina. Di PD I ini, Yahudi Jerman berkomplot dengan
Sekutu untuk tujuan mereka sendiri (memiliki pengaruh atau kekuasaan yang lebih
besar).
1917
Menlu Inggris keturunan Yahudi, Arthur
James Balfour, dalam deklarasi Balfour memberitahu pemimpin Zionis Inggris,
Lord Rothschild, bahwa Inggris akan memperkokoh pemukiman Yahudi di Palestina
dalam membantu pembentukan tanah air Yahudi. Lima tahun kemudian Liga
Bangsa-bangsa (cikal bakal PBB) memberi mandat kepada Inggris untuk menguasai
Palestina.
1938
Nazi Jerman menganggap bahwa pengkhianatan
Yahudi Jerman adalah biang keladi kekalahan mereka pada PD I yang telah
menghancurkan ekonomi Jerman. Maka mereka perlu “penyelesaian terakhir”
(endivsung). Ratusan ribu keturunan Yahudi dikirim ke kamp konsentrasi atau
lari ke luar negeri (terutama ke AS). Sebenarnya ada etnis lain serta kaum
intelektual yang berbeda politik dengan Nazi yang bernasib sama, namun setelah
PD II Yahudi lebih berhasil menjual ceritanya karena menguasai banyak surat
kabar atau kantor-kantor berita di dunia.
1944
Partai buruh Inggris yang sedang berkuasa
secara terbuka memaparkan politik “membiarkan orang-orang Yahudi terus masuk ke
Palestina, jika mereka ingin jadi mayoritas. Masuknya mereka akan mendorong
keluarnya pribumi Arab dari sana.” Kondisi Palestina pun memanas.
1947
PBB merekomendasikan pemecahan Palestina
menjadi dua negara: Arab dan Israel.
1948, 14 Mei.
Sehari sebelum habisnya perwalian Inggris
di Palestina, para pemukim Yahudi memproklamirkan kemerdekaan negara Israel.
Mereka melakukan agresi bersenjata terhadap rakyat Palestina yang masih lemah,
hingga jutaan dari mereka terpaksa mengungsi ke Libanon, Yordania, Syria, Mesir
dan lain-lain. Palestina Refugees menjadi tema dunia. Namun mereka menolak
eksistensi Palestina dan menganggap mereka telah memajukan areal yang semula
kosong dan terbelakang. Timbullah perang antara Israel dan negara-negara Arab
tetangganya. Namun karena para pemimpin Arab sebenarnya ada di bawah pengaruh
Inggris – lihat Imperialisme Perancis dan Inggris di tanah Arab sejak tahun
1798 – maka Israel mudah merebut daerah Arab Palestina yang telah ditetapkan
PBB.
1948, 2 Desember
Protes keras Liga Arab atas tindakan AS
dan sekutunya berupa dorongan dan fasilitas yang mereka berikan bagi imigrasi zionis
ke Palestina. Pada waktu itu, Ikhwanul Muslimin (IM) di bawah Hasan Al-Banna
mengirim 10.000 mujahidin untuk berjihad melawan Israel. Usaha ini kandas bukan
karena mereka dikalahkan Israel, namun karena Raja Farouk yang korup dari Mesir
takut bahwa di dalam negeri IM bisa melakukan kudeta, akibatnya tokoh-tokoh IM
dipenjara atau dihukum mati.
1956, 29 Oktober
Israel dibantu Inggris dan Perancis
menyerang Sinai untuk menguasai terusan Suez. Pada kurun waktu ini, militer di
Yordania menawarkan baiat ke Hizbut Tahrir (salah satu harakah Islam) untuk
mendirikan kembali Khilafah. Namun Hizbut Tahrir menolak, karena melihat rakyat
belum siap.
1964
Para pemimpin Arab membentuk PLO
(Palestine Liberation Organization). Dengan ini secara resmi, nasib Palestina diserahkan
ke pundak bangsa Arab-Palestina sendiri, dan tidak lagi urusan umat Islam.
Masalah Palestina direduksi menjadi persoalan nasional bangsa Palestina.
1967
Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria
selama 6 hari dengan dalih pencegahan, Israel berhasil merebut Sinai dan Jalur
Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem
(Yordania). Israel dengan mudah menghancurkan angkatan udara musuhnya karena
dibantu informasi dari CIA (Central Intelligence Agency = Badan Intelijen Pusat
milik USA). Sementara itu angkatan udara Mesir ragu membalas serangan Israel,
karena Menteri Pertahanan Mesir ikut terbang dan memerintahkan untuk tidak
melakukan tembakan selama dia ada di udara.
1967, Nopember
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi
Nomor 242, untuk perintah penarikan mundur Israel dari wilayah yang direbutnya
dalam perang 6 hari, pengakuan semua negara di kawasan itu, dan penyelesaian
secara adil masalah pengungsi Palestina.
1969
Yasser Arafat dari faksi Al-Fatah terpilih
sebagai ketua Komite Eksekutif PLO dengan markas di Yordania.
1970
Berbagai pembajakan pesawat sebagai
publikasi perjuangan rakyat Palestina membuat PLO dikecam oleh opini dunia, dan
Yordania pun dikucilkan. Karena ekonomi Yordania sangat tergantung dari AS, maka
akhirnya Raja Husein mengusir markas PLO dari Yordania. Dan akhirnya PLO pindah
ke Libanon.
1973, 6 Oktober
Mesir dan Syria menyerang pasukan Israel
di Sinai dan dataran tinggi Golan pada hari puasanya Yahudi Yom Kippur.
Pertempuran ini dikenal dengan Perang Oktober. Mesir dan Syria hampir menang,
kalau Israel tidak tiba-tiba dibantu oleh AS. Presiden Mesir Anwar Sadat
terpaksa berkompromi, karena dia cuma siap untuk melawan Israel, namun tidak
siap berhadapan dengan AS. Arab membalas kekalahan itu dengan menutup keran
minyak. Akibatnya harga minyak melonjak pesat.
1973, 22 Oktober
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi
Nomor 338, untuk gencatan senjata, pelaksanaan resolusi Nomor 242 dan
perundingan damai di Timur Tengah.
1977
Pertimbangan ekonomi (perang telah
memboroskan kas negara) membuat Anwar Sadat pergi ke Israel tanpa konsultasi
dengan Liga Arab. Ia menawarkan perdamaian, jika Israel mengembalikan seluruh
Sinai. Negara-negara Arab merasa dikhianati. Karena langkah politiknya ini,
belakangan Anwar Sadat dibunuh pada tahun 1982.
1978, September
Mesir dan Israel menandatangani perjanjian
Camp David yang diprakarsai AS. Perjanjian itu menjanjikan otonomi terbatas
kepada rakyat Palestina di wilayah-wilayah pendudukan Israel. Sadat dan PM
Israel Menachem Begin dianugerahi Nobel Perdamaian 1979. namun Israel tetap
menolak perundingan dengan PLO dan PLO menolak otonomi. Belakangan, otonomi
versi Camp David ini tidak pernah diwujudkan, demikian juga otonomi versi
lainnya. Dan AS sebagai pemrakarsanya juga tidak merasa wajib memberi sanksi,
bahkan selalu memveto resolusi PBB yang tidak menguntungkan pihak Israel.
1980
Israel secara sepihak menyatakan bahwa
mulai musim panas 1980 kota Yerussalem yang didudukinya itu resmi sebagai
ibukota.
1982
Israel menyerang Libanon dan membantai
ratusan pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila. Pelanggaran terhadap
batas-batas internasional ini tidak berhasil dibawa ke forum PBB karena –
lagi-lagi – veto dari AS. Belakangan Israel juga dengan enaknya melakukan serangkaian
pemboman atas instalasi militer dan sipil di Iraq, Libya dan Tunis.
1987
Intifadhah, perlawanan dengan batu oleh
orang-orang Palestina yang tinggal di daerah pendudukan terhadap tentara Israel
mulai meledak. Intifadhah ini diprakarsai oleh HAMAS, suatu harakah Islam yang
memulai aktivitasnya dengan pendidikan dan sosial.
1988, 15 Nopember
Diumumkan berdirinya negara Palestina di
Aljiria, ibu kota Aljazair. Dengan bentuk negara Republik Parlementer.
Ditetapkan bahwa Yerussalem Timur sebagai ibukota negara dengan Presiden
pertamanya adalah Yasser Arafat.
Setelah Yasser Arafat mangkat kursi
presiden diduduki oleh Mahmud Abbas. Dewan Nasional Palestina, yang identik
dengan Parlemen Palestina beranggotakan 500 orang.
1988, Desember
AS membenarkan pembukaan dialog dengan PLO
setelah Arafat secara tidak langsung mengakui eksistensi Israel dengan menuntut
realisasi resolusi PBB Nomor 242 pada waktu memproklamirkan Republik Palestina
di pengasingan di Tunis.
1991, Maret
Yasser Arafat menikahi Suha, seorang wanita
Kristen. Sebelumnya Arafat selalu mengatakan “menikah dengan revolusi
Palestina”.
1993, September
PLO – Israel saling mengakui eksistensi
masing-masing dan Israel berjanji memberikan hak otonomi kepada PLO di daerah
pendudukan. Motto Israel adalah “land for peace” (tanah untuk perdamaian).
Pengakuan itu dikecam keras oleh pihak ultra-kanan Israel maupun kelompok di
Palestina yang tidak setuju. Namun negara-negara Arab (Saudi Arabia, Mesir,
Emirat dan Yordania) menyambut baik perjanjian itu. Mufti Mesir dan Saudi
mengeluarkan “fatwa” untuk mendukung perdamaian.
Setelah kekuasaan di daerah pendudukan
dialihkan ke PLO, maka sesuai perjanjian dengan Israel, PLO harus mengatasi
segala aksi-aksi anti Israel. Dengan ini maka sebenarnya PLO dijadikan perpanjangan
tangan Yahudi.
Yasser Arafat, Yitzak Rabin dan Shimon
Peres mendapat Nobel Perdamaian atas usahanya tersebut.
1995
Rabin dibunuh oleh Yigar Amir, seorang
Yahudi fanatik. Sebelumnya, di Hebron, seorang Yahudi fanatik membantai puluhan
Muslim yang sedang shalat subuh. Hampir tiap orang dewasa di Israel, laki-laki
maupun wanita, pernah mendapat latihan dan melakukan wajib militer. Gerakan
Palestina yang menuntut kemerdekaan total menteror ke tengah masyarakat Israel
dengan bom “bunuh diri”. Targetnya, menggagalkan usaha perdamaian yang tidak
adil itu. Sebenarnya “land for peace” diartikan Israel sebagai “Israel dapat
tanah, dan Arab Palestina tidak diganggu (bisa hidup damai).”
1996
Pemilu di Israel dimenangkan secara tipis
oleh Netanyahu dari partai kanan, yang berarti kemenangan Yahudi yang anti
perdamaian. Netanyahu mengulur-ulur waktu pelaksanaan perjanjian perdamaian. Ia
menolak adanya negara Palestina, agar Palestina tetap sekedar daerah otonom di
dalam Israel. Ia bahkan ingin menunggu/menciptakan kontelasi baru (pemukiman
Yahudi di daerah pendudukan, bila perlu perluasan hingga ke Syria dan Yordania)
untuk sama sekali membuat perjanjian baru.
AS tidak senang bahwa Israel jalan sendiri
di luar garis yang ditetapkannya. Namun karena lobby Yahudi di AS terlalu kuat,
maka Bill Clinton harus memakai agen-agennya di negara-negara Arab untuk
“mengingatkan” si “anak emasnya” ini. Maka sikap negara-negara Arab tiba-tiba
kembali memusuhi Israel. Mufti Mesir malah kini memfatwakan jihad terhadap
Israel. Sementara itu Uni Eropa (terutama Inggris dan Perancis) juga mencoba
“aktif” menjadi penengah, yang sebenarnya juga hanya untuk kepentingan
masing-masing dalam rangka menanamkan pengaruhnya di wilayah itu. Mereka juga
tidak rela kalau AS “jalan sendiri” tanpa bicara dengan Eropa.
2002 – 2008
Sebuah usul perdamaian saat ini adalah
Peta menuju perdamaian yang diajukan oleh Empat Serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB
dan Amerika Serikat pada 17 September 2002. Israel juga telah menerima peta itu
namun dengan 14 “reservasi”. Pada saat ini Israel sedang menerapkan sebuah
rencana pemisahan diri yang kontroversial yang diajukan oleh Perdana Menteri
Ariel Sharon. Menurut rencana yang diajukan kepada AS, Israel menyatakan bahwa
ia akan menyingkirkan seluruh “kehadiran sipil dan militer yang permanen” di
Jalur Gaza (yaitu 21 pemukiman Yahudi di sana, dan 4 pemumikan di Tepi Barat),
namun akan “mengawasi dan mengawal kantong-kantong eksternal di darat, akan
mempertahankan kontrol eksklusif di wilayah udara Gaza, dan akan terus melakukan
kegiatan militer di wilayah laut dari Jalur Gaza.” Pemerintah Israel
berpendapat bahwa “akibatnya, tidak akan ada dasar untuk mengklaim bahwa Jalur
Gaza adalah wilayah pendudukan,” sementara yang lainnya berpendapat bahwa,
apabila pemisahan diri itu terjadi, akibat satu-satunya ialah bahwa Israel
“akan diizinkan untuk menyelesaikan tembok – artinya, Penghalang Tepi Barat
Israel – dan mempertahankan situasi di Tepi Barat seperti adanya sekarang ini”
Di hari kemenangan Partai Kadima pada
pemilu tanggal 28 Maret 2006 di Israel, Ehud Olmert – yang kemudian diangkat
sebagai Perdana Menteri Israel menggantikan Ariel Sharon yang berhalangan tetap
karena sakit – berpidato. Dalam pidato kemenangan partainya, Olmert berjanji
untuk menjadikan Israel negara yang adil, kuat, damai, dan makmur, menghargai
hak-hak kaum minoritas, mementingkan pendidikan, kebudayaan dan ilmu
pengetahuan serta terutama sekali berjuang untuk mencapai perdamaian yang kekal
dan pasti dengan bangsa Palestina. Olmert menyatakan bahwa sebagaimana Israel
bersedia berkompromi untuk perdamaian, ia mengharapkan bangsa Palestina pun
harus fleksibel dengan posisi mereka. Ia menyatakan bahwa bila Otoritas
Palestina, yang kini dipimpin Hamas, menolak mengakui Negara Israel, maka
Israel “akan menentukan nasibnya di tangannya sendiri” dan secara langsung
menyiratkan aksi sepihak. Masa depan pemerintahan koalisi ini sebagian besar
tergantung pada niat baik partai-partai lain untuk bekerja sama dengan perdana
menteri yang baru terpilih.
Sementara itu sebelum terjadinya serangan
habis-habisan Israel ke Gaza (27/12/2008), sudah terjadi serangan-serangan
kecil di antara kedua belah pihak di sekitar Jalur Gaza, disebabkan Israel
menutup tempat-tempat penyeberangan atau jalur komersial ke Gaza sehingga pasokan
bahan bakar minyak terhenti, yang memaksa satu-satunya pusat pembangkit listrik
di Jalur Gaza tutup.
Sebagai catatan akhir, Perdana Menteri
Israel setelah Benjamin Netanyahu berutur-turut adalah Ehud Barak, Ariel
Sharon, dan yang masih berkuasa di Israel dalam penyerangan di Gaza sekarang
adalah Ehud Olmert. Sedangkan 4 faksi utama di Palestina adalah PLO, Al-Fatah,
Jihad Islam Palestina (JIP), dan yang berkuasa sekarang di Palestina adalah
Hamas dengan Perdana Menterinya Ismail Haniya.
Comments
Post a Comment